Selasa, 10 Juni 2014
Selasa, 11 Maret 2014
Selasa, 04 Maret 2014
21.02
No comments
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
visi
Pada tahun 2025 terwujudnya program studi PLS yang unggul di tingkat nasional dalam menghasilkan lulusan program studi S1 Pendidikan Luar Sekolah yang mampu membelajarkan diri, memberdayakan masyarakat, dan berwirausaha sosial berdasarkan nilai-nilai ketakwaan, kemandirian, kecendekiaan dan berwawasan kebangsaan.
misi
Tujuan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
visi
Pada tahun 2025 terwujudnya program studi PLS yang unggul di tingkat nasional dalam menghasilkan lulusan program studi S1 Pendidikan Luar Sekolah yang mampu membelajarkan diri, memberdayakan masyarakat, dan berwirausaha sosial berdasarkan nilai-nilai ketakwaan, kemandirian, kecendekiaan dan berwawasan kebangsaan.
misi
- Mengembangkan dan menjabarkan paradigma pendidikan nasional abad XXI dan terapannya bagi Pendidikan Luar Sekolah.
- Menyelenggarakan kegiatan pendidikan akademik berbasis penelitian dalam bidang Pendidikan Luar Sekolah
- Melakukan kegiatan penelitian pendidikan berorientasi penguatan konsep dan perbaikan praktik pendidikan: serta mendiseminasi dan mempublikasikannya di tingkat loka, nasional, dan inter nasional
- Melaksanakan pelayanan profesional berbasis penelitian ke masyarakat dan berbagai pihak yang membutuhkannya, secara berkelanjutan.
- Membina program kemahasiswaan yang kondusif untuk pelaksanaan pendidiakn akademik dan professional.
- Memperkuat kapasitas dan kelembagaan program studi agar dapat menjalankan misi-misi kelembagaan tridharma perguruan tinggi secara terpadu.
Tujuan
- Mengembangkan peradigma pendidikan populis rekonstruktif dan menerapkannya secara konsisten dalam pengembangan prodi PLS.
- Menghasilkan lulusan sarjana kependidikan yang ahli dan profesional dalam bidangnya, taqwa, mandiri, cendekia, dan berwawasan kebangsaan.
- Menghasilkan penelitian yang berkualitas, bermanfaat bagi pengembangan praktik dan/atau ilmu; dipublikasikan dan diterdesiminasikan secara nasional dan internasional.
- Melaksanakan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, keahlian yang dikuasai, sehingga menghasilkan dampak nyata berkelanjutan.
- Menghidupkan budaya kampus dengan berbagai program yang mengkondisikan mahasiswa berprestasi dan berwawasan kebangsaan.
Selasa, 18 Februari 2014
cuplikan
21.10
No comments
melihat warna pendidikan non formal di dunia, saat cita-cita, keinginan, perjuangan beradu dengan waktu dan keadaan, tidak merobohkan tekat untuk menitipkan dunia ini pada kepalan kecil mereka.
Selasa, 11 Februari 2014
Teori belajar Carl R Rogers
20.51
2 comments
Teori belajar merupakan merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang telah diuji kebenarannya. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu: (1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya; (2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya; (3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada di bawah tekanan (4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir.
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah: (1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa; (2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa.
Menurut Biehler (1971: 509-513) dan jarvis (1983: 106-108) Carl Rogers adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurut pendapatnya, peserta belajar dan fasilitator hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui kelompok yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah latihan sensitivitas: kelompok, group, workshop intensif, hubungan masyarakat.
Menurut Rogers, latihan sensitivitas dimaksudkan untuk membantu peserta belajar berbagai rasa dalam penjajagan sikap dan hubungan interpersonal di antara mereka. Rogers menanamkan sistem tersebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar pada hakekatnya merupakan versi terakhir dari metode penemuan (discovery method).
Rogers mengemukakan adanya tiga unsur yang penting dalam belajar berpengalaman (experimental learning), yaitu:
a. Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya.
b. Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk pulalah sikap terhadap masalah tersebut.
c. Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan tertulis atau tercetak.
Teori belajar berpengalaman dari Carl Rogers, Javis mengemukakan bahwa teori tersebut mengandung nilai keterlibatan personal, intelektual dan afektif yang tinggi, didasarkan atas prakarsa sendiri (self Initiated). Peranan fasilitator dalam belajar berpengalaman ialah sekedar membantu memudahkan peserta belajar menemukan kebutuhan belajar yang bermakna baginya.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Roger dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial.
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/teori-belajar-andragogi-dan-penerapannya 342151.html
Teori belajar Carl R Rogers
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu: (1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya; (2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya; (3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada di bawah tekanan (4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir.
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah: (1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa; (2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa.
Menurut Biehler (1971: 509-513) dan jarvis (1983: 106-108) Carl Rogers adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurut pendapatnya, peserta belajar dan fasilitator hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui kelompok yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah latihan sensitivitas: kelompok, group, workshop intensif, hubungan masyarakat.
Menurut Rogers, latihan sensitivitas dimaksudkan untuk membantu peserta belajar berbagai rasa dalam penjajagan sikap dan hubungan interpersonal di antara mereka. Rogers menanamkan sistem tersebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar pada hakekatnya merupakan versi terakhir dari metode penemuan (discovery method).
Rogers mengemukakan adanya tiga unsur yang penting dalam belajar berpengalaman (experimental learning), yaitu:
a. Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya.
b. Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk pulalah sikap terhadap masalah tersebut.
c. Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan tertulis atau tercetak.
Teori belajar berpengalaman dari Carl Rogers, Javis mengemukakan bahwa teori tersebut mengandung nilai keterlibatan personal, intelektual dan afektif yang tinggi, didasarkan atas prakarsa sendiri (self Initiated). Peranan fasilitator dalam belajar berpengalaman ialah sekedar membantu memudahkan peserta belajar menemukan kebutuhan belajar yang bermakna baginya.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Roger dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial.
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/teori-belajar-andragogi-dan-penerapannya 342151.html
Teori belajar Carl R Rogers
Minggu, 09 Juni 2013
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
02.38
No comments
A. LATAR BELAKANG
B. VISI dan MISI
C. TUJUAN
D. BIDANG KEAHLIAN
PENDAFTARAN
TENAGA EDUKATIF
E. FASILITAS PEMBELAJARAN
F. UNIT LAYANAN MASYARAKAT
PROSPEK LULUSAN PLS
Ini adalah salah satu cuplikan video saat kuliah umum dimana Prof. Dr. Sodiq Azis Kuntoro, M.Ed (kiri) dan Hiryanto, M,Si (kanan) sebagai nara sumber
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) pada awalnya terlahir dengan nama Program Studi
Pendidikan Sosial (PS) pada tanggal 19 September 1955, saat ini menjadi salah
satu program studi di lingkup Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, mefokuskan diri pada kajian-kajian di luar sistem persekolahan, merujuk
pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara
operasional Program Studi Pendidikan Luar Sekolah diarahkan pada penyiapan
tenaga PLS yang berkemampuan mengelola satuan Pendidikan Luar Sekolah,
memfasilitasi proses pembelajaran dan memperhatikan warga belajar dalam berbagai dimensinya, mengarahkan pada
kepemilikan dan perkembangan intelegensi, kebutuhan, kebutuhan belajar,
ketrampilan belajar, ketrampilan fungsional, ketrampilan wirausaha serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional dan kepribadian masyarakat.
B. VISI dan MISI
VISI:
Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah yang unggul di tingkat nasional yang berlandaskan
ketaqwaan, kemandirian, kecendikiaan, dan berwawasan kebangsaan.
MISI:
1.
Mengembangkan praksis pendidikan
luar sekolah yang memberdayakan masyarakat yang berkarakter.
2.
Membelajarkan masyarakat secara
berkelanjutan menuju tercspsinya masyarakat belajar yang berlandaskan
nilai-nilai ketaqwaan, kemandirian dan responsif terhadap tuntutan masyarakat
3.
Menyelenggarakan pendidikan
profesional yang berbasis penelitian
4.
Melaksanakan praktik pembelajaran
dalam bidang dan program pendidikan luar sekolah.
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah menyelenggarakan pendidikan
akademik program srudi S1 Pendidikan Luar Sekolah, menyiapkan tenaga
kependidikan luar sekolah yang memiliki kompetensi: 1) Pengelolaan program PLS,
2) Fasilitator pusat kegiatan belajar masyarakat, 3) Pelaku wirausaha sosial
dan pemberdayaan masyarakat.
Mengacu
padaKepmendiknas Nomor 232/U/2000, serta SK Mendiknas No. 045/U/2002, mengenai prospek bidang pekerjaanlulusan
Program Studi S1 Pendidikan Luar Sekolah, adalah sebagai Pengelola&
Pengembangan Program PLS/PNFI serta fasilitator pembelajaran
padalembaga-lembaga PLS/PNFI, yang meliputi:
1)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2)
Pendidikan Orang Dewasa
3)
Pendidikan Kepemudaan
4)
Pendidikan Kesetaraan
5)
Pendidikan Keaksaraan
6)
Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
7)
Pendidikan Masyarakat dan
Pelatihan Kerja
Pendidikan dan Pelatihan yang lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik (akademik, keterampilan-kewirausahaan)
sesuai dengan kebutuhan.
Pendaftaran Mahasiswa baru dilakukan secara bersamaan
melalui Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan,
bidik misi maupun tertulis dan seleksi mandiri (SM) UNY.
Guna mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang
bermutu, Progran Studi PLS memiliki tenaga edukatif tetap berjumlah 17 orang,
terdiri dari 3 Guru Besar, 5 orang Doktor, 9 orang Magister (dua dosen sedang
menempuh program Doktor), 15 Dosen telah tersertifikasi sebagai pendidik,
secara lebih rinci tenaga edukatif tersebut adalah:
1.
Prof. Dr. Wuradji, M.S
2.
Prof. Dr. Sodiq Azis Kuntoro, M.Ed
3.
Prof. Dr. Yoyon Suryono, M.S
4.
Sumarno, Ph.D
5.
Dr. Sugito, MA
6.
Dr. Sujarwo, M.Pd
7.
Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd
8.
Dr. Iis Prasetya, MM
9.
Al. Setya Rohadi, M.Kes (sedang
S3)
10.
Entoh Tohani. M.Pd (Sedang S3)
11.
Nur Djazifah ER, M.Si
12.
Mulyadi, M.Pd
13.
S.W. Septiarti, M.Si
14.
RB. Suhartaa, M.Pd
15.
Widyaningsih, M.Si
16.
Hiryanto, M,Si
17.
Lutfi Wibawa, M.Pd
E. FASILITAS PEMBELAJARAN
Fasilitas pendukung
kegiatan pembelajaran disediakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta / Fakultas
Ilmu Pendidikan / Program Studi Pendidikan Luar Sekolah maupun hasil kerja sama
dan bantuan dari masyarakat serta sumber lain, meliputi: Ruang Kuliah yang
cukup representative, Laboratorium
Komputer yang dilengkapi dengan LCD, OHP, Laptop, Handycam, Slide Projektor,
Walkman, TV , VCD Player, Mini Compo, Tape Recorder, kamera manual dan digital,
untukn meningkatkan skill dan kemampuan profesional yang terkait dengan
pengembangan media pembelajaran PLS, Perpustakaan Fakultas / Jurusan ujntuk
mendukung kajiak keilmuan PLS.
Dalaam mendukung
mempersiapkan lulusannya agar memiliki komopetensi utama sebagai pendidikan
luar sekolah maupun beberapa kompetensi pendukung lainny, Program studi PLS
telah mempersiapkan fasilitas pendukung berupa Laboratorium di Luar Kampus
“Rumah Pasinaon di Gunung Kidul”, dengan mitra beberapa PKBM, LSM, dan SKB,
BPKB, BP2KS, P2PAUDNI, Laboratorium Pendidikan Anak Usia Dini yang berlokasi di
Kampus UPP II Jalan Bantul Yogyakarta sebagai ajang penelitain dosen maupun
mahasiswa, praktik perkuliahan, kegiatan PPL-KKN, pengabdian kepada masyarakat
dan kegiatan akademik lainnya, serta berbagai kegiatan kerja sama dengan
pihak-pihak terkait.
F. UNIT LAYANAN MASYARAKAT
Program studi Pendidikan
Luar Sekolah menyediakan layanan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan
layanan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan luar sekolah dan
pembelajaran masyarakat, seperti penyuluhan, pelatihan, penelitian, diklat dan
sebagainya.
Lulusan PLS FIP UNY telah bekerja di beberapa instansi
pemerintah ( Depdikbud, Dikmas, P2PAUDNI, BPKB, SKB, Dinsos, BKKBN, Penmas,
Depnaker dll) dan Swasta (Peneliti, Trainer, Konsultan PLS, Penmas, Pengelola
PKBM, LSM, Wirausaha, dll).
Presetasi pengembangan yang pernah diraih hingga saat ini:
1.
Pemenang Program Hibah Kompetisi
A-2 tahun 2005-2007
2.
Pendamping PKBM
3.
Pemberantasan Buta Aksara 2008-2010
4.
Kajian Rumah pintar, taman pintar
dan komunitas pintar 2010
5.
Efikasi Kebijakan PNFI (2010)
6.
Kajian Aksara Kewirausahaan (2011)
7.
Beberapa penelitian tahun
2011-2012 (Stranas, Hikom, Hibah bersaing)
Untuk
informasi lebih lanjut hubungi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Telp. (0274) 586168 psw 369. HP.
08156853559 (Hiryanto), HP. 085647096663 (Sujarwo), 08195009494 (Lutfi Wibawa)
“Membelajarkan masyarakat,
Memfasilitasi DIKLAT, Pemberdayaan Masyarakat dan berwirausaha Komitmen kami”
dan ini adalah gambar yang di ambil saat pengenalan tentang
ke PLS-an. Lutfi Wibawa, M.Pd (kiri) sebagai nara sumber
dan Sodara Fikri Nur Cahyo (kanan) sebagai moderator
Langganan:
Postingan (Atom)