GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

HIMA PLS

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

KERJA SAMA DENGAN GEMBIRA LOKA ZOO

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 10 Juni 2014


INTERNATIONAL CONFERENCE
ON DISASTER RISK REDUCTION AND EDUCATION
(ICDRRE 2014)

Selasa, 11 Maret 2014

pamflet


Selasa, 04 Maret 2014

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

visi
Pada tahun 2025 terwujudnya program studi PLS yang unggul di tingkat nasional dalam menghasilkan lulusan program studi S1 Pendidikan Luar Sekolah yang mampu membelajarkan diri, memberdayakan masyarakat, dan berwirausaha sosial berdasarkan nilai-nilai ketakwaan, kemandirian, kecendekiaan dan berwawasan kebangsaan.

misi

  1.  Mengembangkan dan menjabarkan paradigma pendidikan nasional abad XXI dan terapannya bagi Pendidikan Luar Sekolah.
  2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan akademik berbasis penelitian dalam bidang Pendidikan Luar Sekolah
  3. Melakukan kegiatan penelitian pendidikan berorientasi penguatan konsep dan perbaikan praktik pendidikan: serta mendiseminasi dan mempublikasikannya di tingkat loka, nasional, dan inter nasional
  4. Melaksanakan pelayanan profesional berbasis penelitian ke masyarakat dan berbagai pihak yang membutuhkannya, secara berkelanjutan.
  5. Membina program kemahasiswaan yang kondusif untuk pelaksanaan pendidiakn akademik dan professional.
  6. Memperkuat kapasitas dan kelembagaan program studi agar dapat menjalankan misi-misi kelembagaan tridharma perguruan tinggi secara terpadu.


Tujuan 

  1. Mengembangkan peradigma pendidikan populis rekonstruktif dan menerapkannya secara konsisten dalam pengembangan prodi PLS.
  2. Menghasilkan lulusan sarjana kependidikan yang ahli dan profesional dalam bidangnya, taqwa, mandiri, cendekia, dan berwawasan kebangsaan.
  3. Menghasilkan penelitian yang berkualitas, bermanfaat bagi pengembangan praktik dan/atau ilmu; dipublikasikan dan diterdesiminasikan secara nasional dan internasional.
  4. Melaksanakan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, keahlian yang dikuasai, sehingga menghasilkan dampak nyata berkelanjutan.
  5. Menghidupkan budaya kampus dengan berbagai program yang mengkondisikan mahasiswa berprestasi dan berwawasan kebangsaan.

Selasa, 18 Februari 2014

cuplikan

melihat warna pendidikan non formal di dunia, saat cita-cita, keinginan, perjuangan beradu dengan waktu dan keadaan, tidak merobohkan tekat untuk menitipkan dunia ini pada kepalan kecil mereka.

Selasa, 11 Februari 2014

Teori belajar Carl R Rogers

Teori belajar merupakan merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang telah diuji kebenarannya. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu: (1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya; (2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya; (3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada di bawah tekanan (4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir.

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah: (1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa; (2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa.

Menurut Biehler (1971: 509-513) dan jarvis (1983: 106-108) Carl Rogers adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurut pendapatnya, peserta belajar dan fasilitator hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui kelompok yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah latihan sensitivitas: kelompok, group, workshop intensif, hubungan masyarakat.

Menurut Rogers, latihan sensitivitas dimaksudkan untuk membantu peserta belajar berbagai rasa dalam penjajagan sikap dan hubungan interpersonal di antara mereka. Rogers menanamkan sistem tersebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar pada hakekatnya merupakan versi terakhir dari metode penemuan (discovery method).

Rogers mengemukakan adanya tiga unsur yang penting dalam belajar berpengalaman (experimental learning), yaitu:
a. Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya.
b. Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk pulalah sikap terhadap masalah tersebut.
c. Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan tertulis atau tercetak.

Teori belajar berpengalaman dari Carl Rogers, Javis mengemukakan bahwa teori tersebut mengandung nilai keterlibatan personal, intelektual dan afektif yang tinggi, didasarkan atas prakarsa sendiri (self Initiated). Peranan fasilitator dalam belajar berpengalaman ialah sekedar membantu memudahkan peserta belajar menemukan kebutuhan belajar yang bermakna baginya.

Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Roger dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial.

Sumber:  http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/teori-belajar-andragogi-dan-penerapannya 342151.html

Teori belajar Carl R Rogers